Dia selalu mengulang2 kata
"haruska berbesar hati terima semua ini"
Meski saya mendengarkan semua curhatannya dengan seksama, tapi pikiranku melayang teringat pada kisahku sendiri.
Betulkah saya sudah rela?
Betulkah saya sudah ikhlas?
Tapi kenapa saya tidak dapat berbesar hati untuk menerima ini semua?
Apa karena kata rela dan ilhkas itu hanya terucap dimulut saja?
Bila teman2 bertanya tentang keadaanku
Jawabannku cuma satu
"bae2ja. Ikhlas ma"
Apa memang seperti itu?
Berbesar hati, alangkah sulitnya.
0 yang bicara:
Post a Comment